Indonesia merupakan negara berkembang, dengan jumlah penduduk yang tinggi dan masalah
yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang masalah pendidikan,
kesehatan dan ekonomi yang masih tidak merata.
Disamping itu tingkat kesadaran
masyarakatnya akan kesehatan masih sanggat rendah tidak jarang suatu penyakit timbul
tanpa disadari oleh penderitanya. Banyak faktor yang mendukung terjadinya suatu
penyakit seperti faktor usia, jenis kelamin, gaya hidup dan keturunan. Dari
faktor pendukung tersebut salah satu penyakit yang dapat timbul adalah
hipertensi.
1. Pengertian
Hipertensi adalah
peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan
diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG
(Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan
darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997).
Kriteria dan
Klasifikasi Hipertensi :
WHO (World Health Organization), memberikan batasan tekanan normal adalah 140/90
mmHg. Tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin.
NM. Kaplan (Bapak
Ilmu Penyakit Dalam), memberikan batasan dengan membedakan usia dan jenis
kelamin sebagai berikut :
a.
Pria, usia < 45
tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu berbaring ³ 130/90 mmHg.
b.
Pria, usia > 45
tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya > 145/95 mmHg.
c.
Pada wanita tekanan
darah ³ 160/95 mmHg,
dikatakan hipertensi.
Ahli penyakit dalam
lain, Gordon H Williams, mengklasifikasikan hipertensi sebagai berikut.
Tensi Sistolik :
a. < 140 =
Normal
b. 140 - 159 = Normal Tinggi
c. > 159 =
Hipertensi Sistolik Tersendiri
Tensi Diastolik :
a.
< 85 =
Normal
b.
85-89 =
Normal Tinggi
c.
90 - 104 = Hipertensi Ringan
d.
105 – 114 =
Hipertensi Sedang
e.
> 115 = Hipertensi Berat
National Institute of
Health, lembaga kesehatan
nasional diAmerika mengklasifikasikan sebagai berikut :
Tekanan Sistolik :
a.
£ 119 mmHg = Normal
b. 120 - 139 mmHg =
Pra Hipertensi
c. 140 - 159 mmHg =
Hipertensi Derajat I
d.
³ 160 mmHg = Hipertensi Derajat II
Tekanan Diastolik :
a.
< 79 mmHg = Normal
b.
80 — 89 mmHg = Pra Hipertensi
c.
90 — 99 mmHg = Hipertensi Derajat I
d.
³ 100 mmHg =
Hipertensi Derajat II
2.
Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai
penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac
output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
Ø Genetik :
Kasus
hipertensi esensial 70% - 80% diturunkan dari orang tuanya. Apabila riwayat
hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih
besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada
kembar monozygot (sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka orang
tersebut kemungkinan besar menderita hipertensi.
Ø Obesitas :
Pada
orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh
organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih
besar jantung pun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang
menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi
tinggi (Suparto, 2000:322).
Ø Stress :
Hampir
semua orang didalam kehidupan mereka mengalami stress berhubungan dengan
pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena tuntutan kerja yang terlalu
banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur).
Ø Gender :
Wanita
penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi wanita
lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh darah.
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita.
Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan
kurang nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih
tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich
seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar yakni 1 diantara 5 untuk
mengidap hipertensi (Lanny, Sustrani, 2004:25).
Ø Faktor Usia :
Tekanan
darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, kemungkinan seseorang
menderita hipertensi juga semakin besar. Pada umumnya penderita hipertensi
adalah orang-orang yang berusia 40 tahun namun saat ini tidak menutup
kemungkinan diderita oleh orang berusia muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai
penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa 1,8% - 28,6% penduduk
yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
Ø Faktor Asupan Garam :
WHO (1990) menganjurkan
pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg
Natrium). (Sunita Atmatsier, 2004:64)
Ø Kebiasaan Merokok :
Merokok dapat merusak
pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan
kasar. Keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat bekerja
secara efisien (Iman Soeharto, 2001:55).
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi
menjadi 2 golongan yaitu:
a.
Hipertensi
Esensial (Primer).
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor
yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf
simpatik, systemrennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
b.
Hipertensi
Sekunder. Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
3. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
tekanan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan
perifer akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor
genetik, stres, obesitas, jenis kelamin, usia, kebiasaan merokok. Selain curah
jantung dan tahanan perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya
atrium kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I
converting enzyme (ACE).
ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal)
akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama
adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit
urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhimya akan meningkatkan tekanan
darah.
Aksi kedua
adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.
4. Manifestasi
Klinis :
Manifestasi klinis pada klien dengan
hipertensi adalah :
Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
Sakit kepala
Epistaksis
Pusing / migraine
Rasa berat ditengkuk
Sukar tidur
Mata berkunang kunang
Lemah dan lelah
Muka pucat
Suhu tubuh rendah
5. Komplikasi
:
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan
sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan
retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan
kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner
dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya
mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat
terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal
ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses
akut seperti pada hipertensi maligna.
6. Proses
perjalanan Penyakit :
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang
dari hipertensi yang kadang-kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten.
Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi
hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri
kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas
hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan
meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur
20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada
umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia
40-60 tahun.
7.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
-
Hb/Ht :
untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
-
BUN /
kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
-
Glucosa
: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
-
Urinalisa
: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
-
CT Scan
: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
-
EKG :
Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
-
IUP :
mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.
-
Photo
dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.
Penatalaksanaan :
Ø Penatalaksanaan Non Farmakologis :
1.
Diet pembatasan
atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah
dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron
dalam plasma.
2.
Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
Ø Penatalaksanaan Farmakologis :
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :
1.
Mempunyai
efektivitas yang tinggi.
2.
Mempunyai
toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3.
Memungkinkan
penggunaan obat secara oral.
4.
Tidak
menimbulakn intoleransi.
5.
Harga
obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien
6.
Memungkinkan
penggunaan jangka panjang.
7.
Golongan
obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat
konversi rennin angitensin.
Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi
1. Pengkajian
-
Aktivitas/
Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
-
Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler
mungkin lambat/bertunda.
-
Integritas
Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan
pola bicara.
-
Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
-
Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir
ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
-
Neurosensori
Genjala : Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital
(terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam)
Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek, proses piker, penurunan kekuatan
genggaman tangan.
-
Nyeri/
ketidak nyaman
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala.
-
Pernafasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,
dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputu dan riwayat merokok.
Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas
tambahan (krakties/mengi) dan sianosis.
-
Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
2. Diagnosa
Keperawatan yang Muncul
Ø Resiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia
miokard, hipertropi ventricular.
Ø Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Ø Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala )
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Ø Potensial perubahan perfusi jaringan:
serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 :
Ø Resiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak
terjadi iskemia miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang
menurunkan tekanan darah / bebankerja jantung, mempertahankan TD dalam rentang
individu yang dapat diterima, memperlihatkan normal dan frekwensi jantung
stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi
:
-
Pantau
TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
-
Catat
keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
-
Auskultasi
tonus jantung dan bunyi napas.
-
Amati
warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
-
Catat
edema umum.
-
Berikan
lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
-
Pertahankan
pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi.
-
Bantu
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
-
Lakukan
tindakan yang nyaman sepert pijatan punggung dan leher.
-
Anjurkan
tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
-
Pantau
respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
-
Berikan
pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
-
Kolaborasi
untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan 2 :
Ø Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas
yang di inginkan / diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas
yang dapat diukur.
Intervensi
:
-
Kaji
toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi
nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat.
-
catat
peningkatanTD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan,
berkeringat, pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien
terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/
jantung).
-
Kaji
kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan,
TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan perawatan
diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual).
-
Dorong
memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen miokardia
selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada kerja jantung).
-
Berikan
bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi /
rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan
penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen).
-
Dorong
pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas. (Seperti jadwal
meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan).
Diagnosa Keperawatan 3 :
Ø Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala )
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit
kepala dan tampak nyaman.
Intervensi
:
-
Pertahankan
tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan.
-
Minimalkan
gangguan lingkungan dan rangsangan.
-
Batasi
aktivitas.
-
Hindari
merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
-
Beri
obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
-
Beri
tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman,
tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
Diagnosa keperawatan 4 :
Ø Potensial perubahan perfusi jaringan:
serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria
Hasil : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan
sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Intervensi
:
- Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala
tempat tidur.
- Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua
lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia.
- Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai
pesanan.
- Amati adanya hipotensi mendadak.
- Ukur masukan dan pengeluaran.
- Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai
pesanan.
- Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998
DAAHHHHHH
ketemu sesokk lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar